Hujan yang aku rindu

Dulu sekali, saat musim hujan datang, ayahku sangat rajin mengantarkanku ke sekolah. Di waktu itu, belum ada beragam bentuk jas hujan seperti saat ini. Yang ada hanya jas hujan berbentuk kelelawar. Yah, orang-orang mengatakannya seperti itu. Pasti kita semua tahu kan bagaimana bentuk jas hujan di zaman dulu?

Setiap pagi kala itu, hujan turun seperti terjadwal paten di jam-jamku untuk berangkat ke sekolah. Ayahku biasanya sedang menikmati candu dengan segelas kopi ketika kubuyarkan candunya untuk melakukan tugasnya mengantarkanku. Tak sepatah katapun, beliau langsung berdiri meraih jas hujan yang kemarin pagi ia gantungkan di tali jemuran.

Ayah memanaskan motor vespanya kemudian memberiku isyarat untuk berlari kecil menuju jok dibelakangnya. Dengan langkah hati-hati aku pun naik ke atas motor dan masuk dibalik jas hujan yang ayah bentangkan ke belakang sambil memeluk pinggang ayah.

Diperjalanan, hanya suara hujan dan denging motor vespa ayah yang bisa kudengarkan. Sesekali juga ada beberapa motor lain yang ikut lalu lalang ditengah derasnya hujan. Pun penglihatanku terbatas hanya pada kaki dan sepatuku yang sedikit basah karena tak tertutup jas hujan.

Pertanyaan yang entah berapa kali terulang dariku kepada ayah adalah; "Ayah, sekarang kita dimana", dan berulang kali pula ku dengarkan jawaban ayah dengan menempelkan telingaku di punggung ayah agar suara ayah jelas tak dikalahkan oleh bisingnya suara hujan.

Ketika sudah sampai di sekolah, aku pun buru-buru mengambil tangan ayah dan menciumnya lalu berlari-lari kecil menuju gerbang sekolah sambil sesekali melihat ayah yang masih saja menatapku sampai aku hilang dari pandangannya. Saat tiba di kelas, aku melihat kembali ke luar gerbang. Ayah sudah tidak ada disana. Lalu aku berharap semoga ayah masih bisa mengantarku besok :)


Hanya sepotong cerita kecil yang
aku tuliskan saat aku teringat ayah
di hujan pertama bulan ini :)


Komentar

Postingan Populer