Adik-Adikku♡ (2)

Aku ingin menulis lagi tentang adik-adikku; sebab selalu saja ada tingkah mereka yang membuatku gemas sekaligus kagum.

Jadi hari itu, atasanku memintaku untuk manggabungkan kelas jus 30 dengan kelas iqro untuk sementara waktu karena adanya ustadz yang sedang cuti sebab suatu udzur. Akhirnya aku menerimanya, meskipun kelas akan semakin sempit dan waktu untuk satu santri tidak akan maksimal. Bukannya apa, setiap santri memang harus diberi waktu khusus; untuk muroja'ah hafalannya, untuk setoran hafalan barunya, dan juga setoran hadis dan doa-doa hariannya. Yah, qadarullah.

Kelas jus 30 yang memang sudah lama kubimbing, semuanya adalah santri laki-laki, sedangkan kelas iqro didominasi oleh santri perempuan. Setelah mereka bergabung, awalnya aku meminta santri perempuan untuk duduk tepat dihadapanku sedangkan laki-laki dibelakangnya. Tanpa aku berpikir bahwa fitnah juga bisa terjadi pada anak sekecil itu. Kita mengertilah, anak-anak perempuan dan laki-laki jika bertemu pasti akan saling mengganggu.

Di sore itu, saat ishoma, ada satu santri perempuan yang karakternya memang agak centil. Dia berkata padaku,

"Kakak, aku mau memperbaiki jilbab dan rambutku" katanya.
"Jangan dik, banyak laki-laki yang akan melihat auratmu kalau kau membuka jilbabmu disini" kataku padanya sambil melihat kepada santri laki-laki yang sedang cengar cengir.

Saat aku kembali fokus mendengarkan setoran hafalan salah satu santri, ternyata santri perempuan tadi mulai membuka jilbabnya tanpa menghiraukan perkataanku. Rambut lurusnya pun terurai. Sontak aku melihat ke arah santri laki-laki, namun yang aku dapati justru membuatku senyum-senyum sendiri. Mereka semua menutup wajahnya agar tidak melihat aurat santri perempuan itu. Ada yang menutup wajahnya dengan kopiahnya, ada yang menutup wajahnya dengan tangan, dan ada pula yang menyembunyikan wajahnya di bawah meja.

"Sudah kak" celetuk santri perempuan itu tanpa merasa berdosa._."
"Serius sudah? Jangan bohong yah" kata santri laki-laki yang masih menutup wajahnya dengan kopiah.
"Iya sudah" kataku. Seketika mereka semua mengangkat wajahnya sambil menarik nafas panjang.

Sambil tersenyum aku pun memuji respon santri laki-laki itu. Tanpa lupa juga memberi peringatan dan nasihat kepada santri perempuan tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk mengubah posisi duduk mereka. Aku meminta agar santri perempuan duduk di kursi paling belakang sedangkan semua santri laki-laki di depan. Yah, meskipun sampai saat ini santri laki-laki masih sering saja mendapat gangguan dari perempuan itu. Entah di colek punggungnya pakai pulpen, dan berbagai gangguan lainnya.

Ma syaa Allah. Semoga saja mereka bisa tetap menjaga sikap itu sampai mereka besar dan menua nanti. Berbahagialah, mereka-mereka yang terjaga. Kuharap mereka adalah para pewaris surga firdaus. Aamiin.


Komentar

Postingan Populer