Indonesia Damai

Hasil gambar untuk prabowo jokowi

Saya sangat terkejut dengan berita yang baru-baru ini mengguncang media sosial. Mungkin bukan cuma saya, beberapa orang juga, mungkin...

Pasca gugatan Prabowo diumumkan oleh media bahwa tak ada satupun gugatannya yang diterima oleh MK, beliau kemudian berpidato dan sukses sekali pidatonya membuat hati saya terenyuh bahkan mata sampai berkaca-kaca. Beliau menerima kekalahan namun tak akan berhenti sampai disitu katanya. Sungguh jiwa nasionalismenya sangat patut untuk dihargai.

Setelah beberapa kaum muslimin mulai tabah dan berlapang dada menerima ketetapan Allah, tiba-tiba muncul lagi suatu berita yang sungguh menjadi musibah bagi kaum muslim di seluruh Indonesia. Pertama perihal saran dari salah satu kabinet presiden terpilih untuk meniadakan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Lah? Saya sebenarnya heran dengan orang yang menyarankan ini. Bukankah itu menunjukkan bahwa dia bukan pancasilais? Bukankah sangat jelas bahwa dia menentang sila pertama yaitu ketuhanan yang Maha Esa? Lalu dimana anak bangsa mendapatkan pengetahuan tentang itu bila sarana untuk mendapatkannya ditiadakan?

Mari kita berpikir sederhana. Semenjak saya duduk di bangku sekolah, yang saya tahu bahwa pendidikan agama hanya diperoleh sekitar dua atau tiga jam sehari, itu pun satu kali dalam satu pekan. It’s oke lah, setidaknya ada sedikit waktu yang digunakan untuk menanamkan tauhid bagi anak-anak di sekolah selain dirumah oleh orang tuanya (itupun jika orang tuanya adalah orang yang berilmu). Bisakah kita sama-sama membayangkan bila waktu dua atau tiga jam untuk belajar agama itu dihilangkan? Mau dibentuk macam apa moral anak bangsa saat ini?

Belajar agama selama dua atau tiga jam dalam sepekan pun belum efektif memperbaiki akhlak dan menanamkan adab bagi anak? Apatah lagi jika dihilangkan sama sekali? Saya rasa pemerintah harus benar-benar bijak dalam memutuskan masalah ini. Ini bukan hanya menyangkut moral anak orang lain tapi juga anak, cucu dan cicitnya sendiri kelak.

Ini masih di awal pemerintahan, saya belum bisa membayangkan bagaimana lima tahun kedepannya. Mungkin sudah terjadi penutupan pesantren, pemboikotan santri, mengharamkan yang halal (ex: poligami), menghalalkan yang haram (ex: LGBT), dll naudzubillahi min dzalik.

Yah meskipun saat ini menteri agama sudah angkat bicara bahwa ia menjamin pelajaran agama tak akan dihapus, dan menganggap ini adalah hoax, semoga saja itu benar.

Tapi wajib kita ketahui teman-teman bahwasanya hadirnya para pemimpin yang zalim di negeri kita tercinta ini asbabnya adalah dari kita sendiri. Manakala kita/ummat telah meninggalkan kewajiban kita beramar ma’ruf nahi mungkar, maka itulah yang menjadi pemantiknya. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Hendaklah kalian melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Kalau tidak, Allah akan menjadikan orang-orang yang paling jahat diantara kalian berkuasa atas kalian, kemudian orang-orang baik diantara kalian berdoa, tetapi doa mereka tidak dikabulkan.(HR. Ahmad)

Ingat bahwa amar ma’ruf nahi mungkar bukan hanya menjadi tugas seorang ‘alim atau tugas seorang ustadz maupun syaikh, namun semua orang bisa melakukannya. Bagaimana caranya? Ayo mulailah belajar ilmu agama, ikut kajian/ta’lim, menghadirkan diri di halaqoh-halaqoh ilmu, tarbiyah, dll yang bisa menjadi bekal buat diri kita, keluarga, kerabat, dan saudara seiman. Setidaknya jika sudah mulai belajar, kita akan mampu membedakan yang mana haq yang mana bathil, yang mana perilaku kita yang diridhai Allah dan yang mana tidak. Jika memang belum mampu beramar ma’ruf nahi mungkar dengan orang lain karena terbatasnya ilmu, maka jadikanlah ilmu yang sedikit itu setidaknya untuk membentengi diri sendiri.

Wallahua’lam.

Komentar

Postingan Populer